Selasa, 12 Maret 2013

Bawang Mearh -Bawang putih Anak Ibu Pertiwi Yang Nakal 2013




Pesan Bawang Putih kepada kemanusiaan adalah kita harus menjalani hidup dengan penuh optimisme dan harapan yang tinggi seburuk apa pun keadaan itu. Sebuah cerita yang tipikal, walau kadang sering kenyataan hidup tak selalu berakhir seperti yang dialami Bawang Putih.
Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan sebuah dongeng yang berasal dari Yogyakarta. Menurut James Danandjaja, cerita Bawang putih masuk dalam kategori dongeng Cinderella “unpromising heroin” - Tokoh cerita wanita yang tidak ada harapan dalam hidupnya. Namun berkat kesabarannya, sejarah berpihak baik pada Bawang Putih.

Bawang Putih dulunya berasal dari keluarga yang lengkap, memiliki ayah dan ibu. Namun Bawang Putih kemudian harus kehilangan ibu karena sakit telah merengutnya. Singkat cerita ayah Bawang Putih kemudian menikah lagi dengan seorang janda beranak satu, bernama ibu Randha dan mempunyai seorang anak gadis yang bernama Bawang Merah dan sebaya dengannya.
Selama masih ada ayahnya, Bawang Putih sudah mulai diperlakukan berbeda dengan Bawang Merah saudara tirinya oleh ibu Randha. Dan perlakuan yang semena-mena dan menjadi-jadi kemudian dialami Bawang Putih ketika akhirnya ayah Bawang Putih ikut meninggal menyusul sang ibu. Di sisi lain, ibu Randha amat sayang dan memanjakan Bawang Merah sehingga semua pekerjaan rumah tangga dibebankan kepada Bawang Putih. Bahkan, Bawang Merah juga kerap memerintahnya. Setiap hari gadis malang itu seakan tidak pernah beristirahat. Ia harus bangun sebelum matahari terbit untuk menyiapkan segera keperluan mereka seperti menyiapkan air mandi dan sarapan untuk mereka, memberi makan ternak, membersihkan rumah, mencuci pakaian di sungai, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Sampai kemudian sejarah berubah dan berpihak kepada Bawang Putih. Ketika bawang Putih sedang mencuci pakaian di sungai lalu baju kesayangan Bawang Merah hanyut dibawa arus.
Baju itu memang hanyut namun dengan hanyutnya baju kesayangan Bawang Merah membuat perubahan besar dalam hidup Bawang Putih. Dalam pencarian yang melelahkan ke hilir sungai sampai hari menjelang sore, Bawang Putih akhirnya bertemu dengan seorang nenek baik hati.
Dan sang nenek memberi kabar gembira pada Bawang Putih, bahwa sang nenek itu memang menemukan dan menyimpan baju merah itu. Namun karena hari sudah malam nenek baik hati itu mengajak Bawang Putih untuk menginap dirumahnya.
Akhirnya, Bawang Putih menuruti ajakan nenek itu. Setiba di rumah nenek, ia diajak untuk membantu memasak. Dengan senang hati Bawang Putih membantu si nenek, sebagai balas budinya telah menemukan baju merahnya. Mereka kemudian makan bersama dan saling bertukar cerita, setelah itu Bawang Putih juga membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek hingga larut malam.
Keesokan harinya, Bawang Putih pun mohon pamit kepada sang Nenek. Sesuai dengan janjinya, nenek itu mengembalikan baju Bawang Putih. Selain itu, sang nenek juga memberinya hadiah dengan menyuruh Bawang Putih memilih salah satu dari dua buah labu kuning yang ukurannya berbeda, satu berukuran besar sedangkan yang satunya berukuran kecil. Bawang Putih bukanlah gadis yang serakah sehingga ia hanya memilih labu yang lebih kecil. Bawang Putih kemudian pamitan seraya mengucapkan terima kasih. Namun sebelum pergi si nenek berpesan pada Bawang Putih agar baru boleh membuka labu itu setelah sampai di rumah.
Sesampai di rumahnya, Bawang Putih segera menyerahkan baju yang berhasil ditemukannya kepada Bawang Merah. Setelah itu, ia bergegas ke dapur untuk memasak sayur labu. Betapa terkejutnya ia setelah membelah buah itu. Ternyata, labu kuning itu berisi perhiasan emas permata. Ibu tirinya dan Bawang Merah yang mengetahui hal itu segera merampas perhiasan tersebut. Ibu tirinya kemudian bertanya dengan nada memaksa agar Bawang Putih menceritakan bagaimana caranya bisa mendapatkan perhiasan sebanyak ini.
Bawang Putih pun menceritakan semua dengan sejujurnya. Setelah mendengar cerita itu, ibu Randha segera memerintahkan putri kesayangannya Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama.
Singkat cerita, Bawang Merah pun sampai di rumah sang Nenek. Saat disuruh memasak, ia tidak bisa melakukannya karena jijik menyentuh peralatan memasak si nenek yang kotor dan kusam. Ia hanya bisa membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek yang lain, seperti menyapu dan mengepel. Itu pun dilakukannya dengan asal-asalan sehingga hasilnya pun tidak bersih.
Meski demikian, si Nenek tetap akan memberinya hadiah. Bawang Merah pun disuruh memilih salah satu dari dua labu kuning yang ditawarkan oleh nenek. Karena sifatnya yang serakah, ia dengan cepat memilih labu yang besar. Setelah itu, ia segera pulang ke rumahnya dengan penuh harapan bahwa ia dan ibunya akan menjadi kaya raya karena mengira labu yang telah dipilihnya berisi lebih banyak perhiasan. Karena itu, Bawang Merah menjadi lupa diri. Jangankan berpamitan, berterima kasih kepada nenek itu pun tidak ia lakukan.
Setiba di rumah, Bawang Merah bersama ibunya segera membelah labu itu. Begitu labu itu terbelah, bukannya perhiasan emas permata yang mereka dapatkan, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan kelabang. Hewan-hewan beracun itu lantas menyerang ibu dan anak yang serakah itu hingga tewas. Akhirnya, Bawang Putih berhasil mendapatkan kembali semua perhiasan emas dan permatanya, kemudian menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tak lupa membantu orang miskin dan orang yang membutuhkan.
Kesabaran selalu berbuah manis, bila dijalani dengan tulus, berserah diri pada Yang Maha Kuasa dan kerja keras.

0 komentar:

Posting Komentar