Jumat, 19 April 2013

kebudayaan dari ROGER M. KEESING


TEORI – TEORI TENTANG BUDAYA
ROGER M. KEESING
Teori M. Keesing ini bersumber dari teori – teori lain, yang di dalam bacaan ini ia ulaskan mengenai teori dari Geertz, Rappaport, Vayda, Ward Goodenough, Levi-strauss, David Schneider, Singer, dll. Dengan bersumber kepada teori kebudayaan dari para pakar diatas, Keesing mengolah pendapatnya sendiri melalui bab yang berjudul teori – teori tentang budaya, ia juga menelaah dari pendapat – pendapat serta teori – teori para pakar tersebut. Keesing menyebutkan mana hal yang ia setujui dan mana yang tidak. Dalam dewasa ini Keesing membuat sebuah ringkasan mengenai pemikiran – pemikiran tentang budaya agar lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Ia membagi ke dalam 4 bidang, 4 bidang tersebut ialah:
a)   Budaya Sebagai Sistem Adaptif
Dari sekian banyak yang dipaparkan oleh Keesing, ia telah menyimpulkan makana dari budaya sebagai sistem adaptif, yaitu :
Pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan menemukanPrimal man dan keadaan manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita memerlukan satu model interaksional yang kompleks, bukan satu lapisan yang sederhana seperti itu.(19,25) Jadi yang dimaksud oleh Keesing ialah dalam meneliti tentang suatu budaya diperlukan pemikiran yang sangat serius tidak bisa diungkapan dengan biasa – biasa saja dan sederhana sekali, apabila kita mencoba untuk meneliti dan mengamati secara lebih dalam maka yang kita dapatkan ialah sesuatu yang murni, oleh itu dikatakan olehnya “….merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya…”. Kebudayaan itu bersifat dinamis namun sangat berhati – hati dalam menentukan bagaimana kemudian kelanjutannya.
Kedua, baik determinisme ekologis maupun determinisme kultural yang ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan dan ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Yang perlu untuk ditelusuri adalah cara – cara bagaimana garis acuan biologis ditransformasikan dan dikembangkan ke dalam pola – pola kultural; dan ini memerlukan rencana penelitian yang imajinatif dan hati – hati dan penyelidikan yang telaten, bukan polemik – polemik dan sensasionalisme. Jadi yang dimaksud Keesing ialah kebudayaan tidak dapat diukur dalam ilmu pengetahuan dan tidak dapat apabila kita berpegang teguh dengan ilmu pengetahua, tetapi kebudayaan itu diukur melalui kepercayan dan ideologi – ideologi masyarakat yang berbudaya. Serta dalam meneliti kebudayaan bukanlah untuk mencari suatu ketenaran atau sensasi melainkan untuk mendapatkan hal – hal yang diperlukan dan berguna bagi masyarakat luas dengan cara penelitian yang imajinatif dan hati – hati serta penyelidikan yang telaten.
b)   Teori – teori Ideasional Mengenai Budaya
Teori ini adalah teori yang dipegang teguh oleh Keesing dalam setiap materinya ia menyebutkan tentang Ideasional yaitu budaya berperan sebagai sistem ide (gagasan), dan teori ini bertolak dengan ahli teori adaptasi tentang budaya. Ia membedakan tiga cara yang khas dalam mendekati budaya sebagai sistem ide (gagasan), yaitu sebagai berikut :
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Maksudnya ialah budaya itu sebagai pengetahuan (cognitif). Jadi budaya bukan sekedar untuk hiasan saja dalam kehidupan seseorang, tetapi dengan mempelajari budaya, kita juga turut mempelajari suatu pengetahuan. Oleh karena itu Keesing mengatakan bahwa budaya tidak didukung oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana sebab dengan kebudayaan itulah kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang arif bijaksana itu. Keesing mengatakan satu tema besar yang lain pada 15 tahun terakhir ini adalah kemunculan antropologi kognitif yang ekplisit (juga disebut “etnografi baru”, “ethnoscience”, ‘ethnograpic seemantics”). Dalam prakteknya, “etnografi baru” ini pada dasarnya satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi penduduk setempat (folk classification). Ia pun berpendapat bahwa perkembangan penelitian ynag terus menerus terhadap pengetahuan kultural ini dapat menghasilkan penglihatan yang lebih dalam.
Budaya Sebagai Sistem Struktural
Yang mempengaruhi susunan atau tatanan yang terpola secara kultural ialah pikiran (mind). Struktur pemikiran – pemikiran yang meliputi tentang bahasa, adat istiadat yang berbeda antara masyarakat itu dipandang sebagai “Budaya”, yaitu bersifat universal yang semua masyarakat di dunia ini punya akan kebudayaan tersebut, daripada “sistem budaya” yang bersifat lokal. Oleh karena itu setiap budaya pada masing – masing masyarakat berbeda di seluruh dunia karena pikiran mereka yang menyebabkan kebudayaan itu berbeda satu sama lain.
Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Jalan lain dalam membahas kebudayaan adalah dengan cara memandang kebudayaan – kebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang dimiliki bersama (M. Keesing, teori – teori tentang budaya, hlm 10). Kebudayaan itu tidak dimiliki individu namun dimiliki bersama oleh suatu masyarakat, 

0 komentar:

Posting Komentar