TEORI – TEORI TENTANG BUDAYA
ROGER M. KEESING
Teori M. Keesing ini bersumber dari
teori – teori lain, yang di dalam bacaan ini ia ulaskan mengenai teori dari
Geertz, Rappaport, Vayda, Ward Goodenough, Levi-strauss, David Schneider,
Singer, dll. Dengan bersumber kepada teori kebudayaan dari para pakar diatas,
Keesing mengolah pendapatnya sendiri melalui bab yang berjudul teori – teori
tentang budaya, ia juga menelaah dari pendapat – pendapat serta teori – teori
para pakar tersebut. Keesing menyebutkan mana hal yang ia setujui dan mana yang
tidak. Dalam dewasa ini Keesing membuat sebuah ringkasan mengenai pemikiran –
pemikiran tentang budaya agar lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Ia
membagi ke dalam 4 bidang, 4 bidang tersebut ialah:
a) Budaya Sebagai
Sistem Adaptif
Dari sekian banyak yang dipaparkan
oleh Keesing, ia telah menyimpulkan makana dari budaya sebagai sistem adaptif,
yaitu :
Pertama, setiap pemikiran bahwa
apabila kita menguliti lapisan konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan
menemukanPrimal man dan keadaan manusia yang bugil di dasarnya, merupakan
pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita memerlukan satu model interaksional
yang kompleks, bukan satu lapisan yang sederhana seperti itu.(19,25) Jadi yang
dimaksud oleh Keesing ialah dalam meneliti tentang suatu budaya diperlukan pemikiran
yang sangat serius tidak bisa diungkapan dengan biasa – biasa saja dan
sederhana sekali, apabila kita mencoba untuk meneliti dan mengamati secara
lebih dalam maka yang kita dapatkan ialah sesuatu yang murni, oleh itu
dikatakan olehnya “….merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya…”.
Kebudayaan itu bersifat dinamis namun sangat berhati – hati dalam menentukan
bagaimana kemudian kelanjutannya.
Kedua, baik determinisme ekologis
maupun determinisme kultural yang ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan
dan ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Yang
perlu untuk ditelusuri adalah cara – cara bagaimana garis acuan biologis
ditransformasikan dan dikembangkan ke dalam pola – pola kultural; dan ini
memerlukan rencana penelitian yang imajinatif dan hati – hati dan penyelidikan
yang telaten, bukan polemik – polemik dan sensasionalisme. Jadi yang dimaksud
Keesing ialah kebudayaan tidak dapat diukur dalam ilmu pengetahuan dan tidak
dapat apabila kita berpegang teguh dengan ilmu pengetahua, tetapi kebudayaan
itu diukur melalui kepercayan dan ideologi – ideologi masyarakat yang
berbudaya. Serta dalam meneliti kebudayaan bukanlah untuk mencari suatu
ketenaran atau sensasi melainkan untuk mendapatkan hal – hal yang diperlukan
dan berguna bagi masyarakat luas dengan cara penelitian yang imajinatif dan
hati – hati serta penyelidikan yang telaten.
b) Teori – teori
Ideasional Mengenai Budaya
Teori ini adalah teori yang dipegang
teguh oleh Keesing dalam setiap materinya ia menyebutkan tentang Ideasional
yaitu budaya berperan sebagai sistem ide (gagasan), dan teori ini bertolak
dengan ahli teori adaptasi tentang budaya. Ia membedakan tiga cara yang khas
dalam mendekati budaya sebagai sistem ide (gagasan), yaitu sebagai berikut :
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Maksudnya ialah budaya itu sebagai
pengetahuan (cognitif). Jadi budaya bukan sekedar untuk hiasan saja dalam
kehidupan seseorang, tetapi dengan mempelajari budaya, kita juga turut
mempelajari suatu pengetahuan. Oleh karena itu Keesing mengatakan bahwa budaya
tidak didukung oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana sebab dengan
kebudayaan itulah kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang arif bijaksana
itu. Keesing mengatakan satu tema besar yang lain pada 15 tahun terakhir ini
adalah kemunculan antropologi kognitif yang ekplisit (juga disebut “etnografi
baru”, “ethnoscience”, ‘ethnograpic seemantics”). Dalam prakteknya, “etnografi
baru” ini pada dasarnya satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi penduduk
setempat (folk classification). Ia pun berpendapat bahwa perkembangan
penelitian ynag terus menerus terhadap pengetahuan kultural ini dapat
menghasilkan penglihatan yang lebih dalam.
Budaya Sebagai Sistem Struktural
Yang mempengaruhi susunan atau tatanan
yang terpola secara kultural ialah pikiran (mind). Struktur pemikiran –
pemikiran yang meliputi tentang bahasa, adat istiadat yang berbeda antara
masyarakat itu dipandang sebagai “Budaya”, yaitu bersifat universal yang semua
masyarakat di dunia ini punya akan kebudayaan tersebut, daripada “sistem
budaya” yang bersifat lokal. Oleh karena itu setiap budaya pada masing – masing
masyarakat berbeda di seluruh dunia karena pikiran mereka yang menyebabkan
kebudayaan itu berbeda satu sama lain.
Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Jalan lain dalam membahas kebudayaan
adalah dengan cara memandang kebudayaan – kebudayaan sebagai sistem makna dan
simbol yang dimiliki bersama (M. Keesing, teori – teori tentang budaya, hlm
10). Kebudayaan itu tidak dimiliki individu namun dimiliki bersama oleh suatu
masyarakat,
0 komentar:
Posting Komentar