Senin, 15 April 2013

teori kebudayaan yang diajukan oleh Geertz (1973, 2005), Goodenough (1994), dan Keesing (1994)!




Nama : Akhmad Ali



1.      Bandingkan dan uraikan pendapat Saudara tentang  perspektif teori kebudayaan yang diajukan oleh Geertz (1973, 2005), Goodenough (1994), dan  Keesing (1994)! 
Jawaban:
Dalam Tafsir Kebudayaan, Geertz melakukan pendekataan lukisan mendalam,  atau  ’thick description‘ terhadap  kebudayaan. Artinya, pendekatan kebudayaan melalui penafsiran sistem-sistem simbol  makna kultural  secara mendalam dan menyeluruh dari perspektif para pelaku kebudayaan itu sendiri.
Melalui  pendekatan tersebut, pembaca mampu dituntun pada teori interpretatif tentang kebudayaan. Sehingga ia dapat menafsir mengapa, latarbelakang, faedah, fungsi dan  tujuan dari seseorang mempraktekkan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Menurut Geertz, kebudayaan adalah sesuatu yang semiotik  atau bersifat semiotis, yaitu hal-hal berhubungan dengan simbol  yang tersedia di depan umum dan dikenal serta diberlakukan oleh masyarakat bersangkutan . Sebab kebudayaan adalah anyaman makna-makna, dan manusia adalah binatang yang terperangkap  dalam jaring-jaring -yang ia tenun sendiri-dari makna itu. Di sini, agaknya Geertz seakan-akan menjadi penerus idea-idea dari Max Weber, yang justru merendahkan derajat kemanusiaan.
Kebudayaan selain itu bersifat kontekstual dan mengandung makna-makna publik. Seperti CokFight , dalam pertarungan ayam di Bali Greetz menafsirkan sebuah ayam yang bertarung bukan hanya sekedar ayam, namun disitu ada multi tafsir yang di tafsirkan oleh masyarakat sekitarnya(Bali). Seperti pertaruhan harga diri, kehormatan, jabatan, dan kasta. Dalam sabung ayam Bali juga adanya sebuah control.
Sedangkan Goodenough   yang melihat kebudayaan sebagai sistem kognitif, yaitu menganggap perilaku budaya sejajar dengan gramatika bahasa; sama halnya dengan Levi-Strauss yang menganggap kebudayaan sebagai sistem struktural, melihat oposisi dwi pihak (binary opposition); sedangkan  Clifford Geerts mengartikan kebudayaan sebagai sistem simbolis. Teori kebudayaan kognitif dan struktural Goodenough terinspirasi dari Saussure, I have found it theoritically helpful to think of both culture and language as rooted in human activities and as pertaining to groups insofar as they consist of people who engage with one another in the context of those activities((Goodenaough) culture is a conceptual mode underlying human behavior ” (Goodenough )
Sebuah kebudayaan yang menekannkan pada kemunculannyya di tekankan pada sebuah interacksi manusia. jika kebudayaan ditekankan secara terpisah dari individu . maka akan adanya sebuah multi tafsir secara bahasa.
Robert M Keesing Teori M. Keesing ini bersumber dari teori – teori lain, yang di dalam bacaan ini ia ulaskan mengenai teori dari Geertz, Rappaport, Vayda, Ward Goodenough, Levi-strauss,. Dengan bersumber kepada teori kebudayaan dari para pakar diatas, Keesing mengolah pendapatnya sendiri melalui bab yang berjudul teori-teori tentang budaya, ia juga menelaah dari pendapat -pendapat serta teori- teori para pakar tersebut. Keesing menyebutkan mana hal yang ia setujui dan mana yang tidak. Dalam dewasa ini Keesing membuat sebuah ringkasan mengenai pemikiran- pemikiran tentang konsep budaya agar lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Ia membagi ke dalam 4 bidang, 4 bidang tersebut adalah  Dari sekian banyak yang dipaparkan oleh Keesing, ia telah menyimpulkan makana dari budaya sebagai sistem adaptif, yaitu :
Pertama, setiap pemikiran bahwa apabila kita menguliti lapisan konvensi kultural maka pada akhirnya kita akan menemukanPrimal man dan keadaan manusia yang bugil di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril dan berbahaya. Kita memerlukan satu model interaksional yang kompleks, bukan satu lapisan yang sederhana) Jadi yang dimaksud oleh Keesing ialah dalam meneliti tentang suatu budaya diperlukan pemikiran yang sangat serius tidak bisa diungkapan dengan biasa,biasa saja dan sederhana sekali, apabila kita mencoba untuk meneliti dan mengamati secara lebih dalam maka yang kita dapatkan ialah sesuatu yang murni, oleh itu dikatakan olehnya “merupakan pemikiran yang steril dan berbahayan”. Kebudayaan itu bersifat dinamis namun sangat berhati -hati dalam menentukan bagaimana kemudian kelanjutannya.
Kedua, baik determinisme ekologis maupun determinisme kultural yang ekstrem sekarang dapat didukung oleh kepercayaan dan ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan yang arif bijaksana. Yang perlu untuk ditelusuri adalah cara-cara bagaimana garis acuan biologis ditransformasikan dan dikembangkan ke dalam pola - pola kultural; dan ini memerlukan rencana penelitian yang imajinatif dan hati-hati dan penyelidikan yang telaten, bukan polemik-polemik dan sensasionalisme. Jadi yang dimaksud Keesing ialah kebudayaan tidak dapat diukur dalam ilmu pengetahuan dan tidak dapat apabila kita berpegang teguh dengan ilmu pengetahua, tetapi kebudayaan itu diukur melalui kepercayan dan ideologi-ideologi masyarakat yang berbudaya. Serta dalam meneliti kebudayaan bukanlah untuk mencari suatu ketenaran atau sensasi melainkan untuk mendapatkan hal -hal yang diperlukan dan berguna bagi masyarakat luas dengan cara penelitian yang imajinatif dan hati -hati serta penyelidikan yang telaten.
Dari kesemuanya antara Greetz , Goodenough, kemudian Keesing mengartikan sebuah konsep budaya sangat berbeda, hal ini mungkin dari sebuah cara pandangnya dalam hal ini Greetz sangat simbolis sekali, kemudian Goodenough bahasa terpengaruh oleh Levis Struss, dan terakhir Keesing memandang kebudayaan sebagai struktural local.

2.      Uraikan dengan contoh penerapan metodologi  yang  diusulkan Caulkins (2004)untuk mengidentifikasikan kebudayaan sebagai  ‘shared knowledge’
            Jawaban : Culture as shared knowledge Kebudayaan sebagai pengetahuan yang dianut bersama (culture as shared knowledge) merupakan satu pendefinisian yang digunakan oleh sebagian antropolog dalam membatasi ruang lingkup masyarakat dalam kebudayaan, terutama menyangkut: penelaahan esensi, homogenitas, dan kajian tentang `orang lain'. Hal ini karena adanya dorongan untuk menyatakan kebudayaan dalam suatu batasan tersendiri, sebagai entitas statik. Untuk menentukan kebudayaan sebagai shared knowledge, dilakukan metode sebagai berikut
Pertama Mengidentifikasi domain dan kategori dari ilmu pengetahuan dengan menggunakan daftar bebas untuk menguraikan elemen atau muatan dari domain.
Kedua Mengidentifikasi tingkatkontribusipengetahuan/kebudayaan dengan menggunakan analisis konsensus (consensus analysis).
Ketiga Mengidentifikasi koherensi dari pengetahuan melalui pengujian informasi dalam kelompok masyarakat
Penelitian ini mengamati tentang dampak sharing knowledge untuk menghasilkan dan meningkatkan best operational service melalui efektifitas team work dan Organizational Citizenship Behavior di Perusahaan Kosmetik kecantikan. Pengambilan sampel data dilakukan dengan cara dengan menerapkan Judgmental sampling yakni pengambilan data dilakukan pada organisasi perkumpulan wanita seperti (Kopri), wanita karier yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan untuk mengisi kuisioner. Jumlah kuisioner yang disebarkan misalnya kepada wanita karier  217 kuisioner dan yang kembali 216 kuisioner dan dapat diolah lebih lanjut sebanyak 195 kuisioner dengan rate sebesar 90,27 %, sedangkan untuk Kopri(pengurus wanita) dengan penyebaran kuisioner sebanyak 71 kuisioner dan yang kembali 71 kuisioner dan dapat diolah lebih lanjut sebanyak 61 kuisioner, dimana 10 responden tidak lengkap mengisi item pertanyaan dan respon rate sebanyak 85,91 %. Secara keseluruhan respon rate pada penelitian ini sebesar 88,89 %. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuisioner yang bersifat tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa hingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja atau kepada satu jawaban saja(Contoh menggunakan Shared Knowledge).
3.      Michael M.J. Fischer (2007:39) menyatakan  “... there is no culture, and all we do is cultural.”  Uraikan argumentasi Fischer bagi pernyataan tersebut! Uraikan pula pendapat Saudara tentang  argumentasi Fischer  tersebut!
Jawaban semua tindakan manusia adalah kebudayaan . karena setiap tindakan manusia tersebut mempunyai sebuah makna dari setiap tindakannya. Contoh tindakan individu dalam hal ini adalah tari tarian Tor-Tor batak. Dalam semua gerak gerik penarinya mempuyai sebuah makna, dan dalam gerakan tersebut(mengandung makna) dinamakan sebuah budaya.

2 komentar:

  1. terimakasih, tulisan anda memudahkan saya membaca tulisan-tulisan tentang makna

    BalasHapus
  2. TOTO | TOTO | Titanium Rainbow Quartz - Tiagān Togāti
    Tiagān Togāti: titanium pipe Toto | TOTO. titanium prices Toto: TOTO. TOTO: TOTO. TOTO: TOTO. TOTO: TOTO. TOTO: TOTO. titanium white dominus TOTO: TOTO. TOTO: TOTO. TOTO: titanium iphone case TOTO. titanium powder TOTO: TOTO.

    BalasHapus